Definisi
Kehamilan Kembar
Kehamilan
kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih (Manuaba, 1998 : 265).
Kehamilan
ganda adalah bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih dari satu
(Saifuddin, 2001 : 311).
Kehamilan ganda adalah satu kehamilan dengan dua janin
atau lebih. (Mochtar, 1998).
Kembar siam adalah keadaan anak kembar dimana tubuh
keduanya bersatu yang terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal
terpisah secara sempurna.
Kehamilan
ganda adalah suatu keadaan kehamilan dengan jumlah janin dua atau lebih.(Taber,
1994 : 282).
Kehamilan ganda adalah kehamilan dimana terdapat dua atau
lebih janin dalam satu uterus pada waktu kehamilan tersebut (sewaktu hamil).
(Wikipedia Indonesia, 2003).
Klasifikasi
Jenis kehamilan kembar menurut Manuaba dan Mochtar (1990)
meliputi:
v
Kehamilan
kembar monozigote (identik).
Merupakan kehamilan kembar yang berasal dari satu ovum sehingga disebutkan
juga hamil kembar identik atau hamil kembar homolog atau hamil kembar
uniovuler. Kehamilan kembar monozigote dapat terjadi karena:
a. Satu ovum dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula.
b. Hambatan pada tingkat segmentasi.
c. Hambatan setelah amnion terbentuk, tetapi sebelum primitive strike (4 – 5 minggu
kehamilan).
Hamil kembar ini mempunyai ciri sebagai berikut:
-
Jenis
kelamin sama.
-
Biasanya
kembar identik.
-
Mempunyai
gen yang sama.
-
Pada
kehamilan dalam rahim terdapat 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion.
ada hamil kembar monozigote dapat terjadi kelainan pertumbuhan seperti
kembar siam
v Kehamilan kembar dizigote
Merupakan kehamilan kembar 2 ovum, heterolog, glovuler
dan fraternal.
Kedua telur dapat berasal dari:
a. 1 ovarium dari 2 folikel de graff.
b. 1 ovarium dari 1 folikel de graff.
c. 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.
Ciri kehamilan kembar dizigote yaitu:
§ Jenis kelamin dapat sama atau berbeda.
§ Mempunyai 2 plasenta, 2 amnion, 2 korion.
Pada kehamilan kembar digizote:
§ Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang lain tumbuh
sampai cukup bulan.
§ Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan
muda) atau pada kehamilan agak tua janin jadi gepeng disebut fetus papyraseus
atau kompresus.
Perbedaan kehamilan kembar
monozigote dan dizigote
Perbedaan
|
Kembar Monozigote
|
Kembar Dizigote
|
Plasenta
Khorion
Amnion
Tali pusat
Sekat kedua
kantong
Jenis kelamin
Rupa dan sifat
Mata, kuping,
gigi, kulit
Ukuran
antropologik
Sidik jari
Cara pegangan
Golongan darah
|
1 (70 %)
2 (30 %)
1 (70 %)
2 (30 %)
1 (70 %)
2 (30 %)
2 bersekutu
2 lapis
Sama
Sama
Sama
Sama
Sama
Bisa sama, bisa satu kidal, uang lain kanan
Sama
|
2 (100 %)
2 (100 %)
2 (100 %)
2 terpisah
4 lapis
Sama / tidak
Agak berlainan
Berbeda
Berbeda
Berbeda
Bisa sama, bisa duanya kanan
Sama / tidak
|
3. Conjoined
twins, suporfokundasi dan suporfotasi
ü Conjoined
twins atau kembar siam
ialah kembar dimana janin melekat satu dengan yang lainnya.
Misalnya:
- torakopagus (dada dengan dada)
- dominopagus (perlengketan kedua abdomen)
- kraniopagus (kedua kepala)
ü Suporfokundasi
ialah perbuahan 2 telur yang dikeluarkan pada ovum yang
sama pada dua kali
koitus yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek.
ü Suporfetasi
Adalah kehamilan kedua yang terjadi pada beberapa minggu atau
setelah kehamilan pertama.
Letak Janin
Pada kehamilan kembar sering
terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua janin. Begitu pula letak janin
kedua dapat berubah setelah janin pertama lahir, misalnya letak lintang berubah
jadi letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak, presentasi dan
posisi bisa terjadi; yang paling sering dijumpai adalah:
1. Kedua janin dalam letak
membujur, presentasi kepala; (44-47%);
2. Letak membujur, presentasi
kepala bokong (37-38%);
3. Keduanya presentasi bokong
(8-10%);
4. Letak lintang dan presentasi
kepala (5-5,3%);
5. Letak lintang dan presentasi
bokong (1,5-2%);
6. Dua-duanya letak lintang
(0,2-0,6%);
7. Letak dan presentasi 69
adalah letak yang berbahaya, karena dapat terjadi “kunci mengunci” (interlocking).
Etiologi
Dalam berbagai literatur
disebut insiden kehamilan kembar adalah 1 kehamilan kembar dibanding 89
kehamilan tunggal. Sedangkan kembar tiga 1 berbanding 89 pangkat dua, dan
kembar empat 1 berbanding 89 pangkat tiga, dan seterusnya. Beberapa faktor
berikut menurut Mariono ikut
berperan dalam menyebabkan terjadinya kehamilan ganda:
v Ras/bangsa
Menurut literatur, ras berwarna
seperti bangsa Asia dan Afrika cenderung lebih besar mengalami kehamilan ganda
ketimbang ras kulit putih/Eropa. Meski belum dapat dibuktikan secara empiris,
tapi pada banyak kasus memang terlihat kehamilan ganda lebih sering dialami
ibu-ibu hamil kulit berwarna dibanding mereka yang berkulit putih.
v Usia
Dengan bertambahnya usia, kemungkinan
terjadinya kehamilan ganda semakin besar. Akan tetapi selepas umur 40 tahun,
probabilitas terjadinya kehamilan ganda akan menurun lagi.
v Hereditas/ keturunan
Hamil kembar biasanya diwariskan
secara maternal (garis keturunan ibu). Bila dari garis keturunan ibu ada yang
kembar, maka prosentase melahirkan anak kembar lebih besar. Namun tidak tertutup
kemungkinan garis keturunan ayah bisa menimbulkan kehamilan kembar. Yang pasti,
insiden atau angka kejadian dari garis maternal lebih besar dibanding dari
garis paternal.
v Obat-obatan
Ibu yang memakai obat pemicu ovulasi
untuk mematangkan sel telurnya juga ikut meningkatkan peluang terjadinya
kehamilan kembar. Soalnya, dengan obat tersebut sel telur yang matang pada
setiap siklus jadi lebih dari satu. Obat ini biasanya diberikan pada pasangan
yang sulit hamil dengan faktor penyebab infertilitas indung telur. Itulah
mengapa, pada kasus-kasus pasangan yang sulit mendapat momongan kemudian
menjalani terapi obat-obat penyubur ini, bila akhirnya terjadi kehamilan,
biasanya merupakan kehamilan kembar.
v Prosedur fertilisasi in vitro
Di sini beberapa embrio yang sudah
dibuahi diimplantasikan dalam rahim. Jika semua berkembang dengan baik, maka
terjadi pertumbuhan lebih dari satu. Di atas usia kehamilan 30 minggu, berat
badan masing-masing janin ini umumnya lebih ringan dibanding janin pada
kehamilan tunggal di usia kehamilan yang sama. Perbedaan berat saat persalinan
bisa mencapai 1000-1500 gram.
Penyebabnya diperkirakan adalah
regangan berlebih pada uterus, hingga sirkulasi darah di plasenta mengalami
penurunan.
Proses
Terjadinya Kehamilan Ganda
Pada kembar identik atau kembar monozigote, proses
terjadinya yaitu pada saat pembuahan, satu ovum dibuahi oleh satu sel sperma.
Kemudian terbentuk zigote. Zigote membelah secara mitosis, dari 1 sel menjadi
2, dari 2 sel menjadi 4 dan seterusnya yang disebut fase morula, blastula,
gastula, dan neurula.
Bila pembelahan seperti diatas terjadi pada fase morula
(1-3 hari setelah pembuahan), maka setiap embrio akan memiliki kantong ketuban
yang berbeda dan satu plasenta. Kemudian pada fase primitif, akan terjadi
pemisahan sempurna yang akan berkembang menjadi 2 (atau lebih) janin yang
kembar identik.
Bila pada fase primitif terjadi
gangguan, atau terdapat kegagalan
pembelahan, maka biasanya akan menimbulkan kecacatan
fisik atau dempetnya bagian tubuh tertentu. Ketidaksempurnaan akibat gangguan
segmentasi inilah yang menyebabkan proses pemisahan dua jabang bayi tak
berlangsung sempurna dan disebut kembar siam.
Pada kembar fraternal atau kembar dizigote, dimana
terjadi dua ovum yang matang secara bersama – sama dibuahi oleh masing masing 1
sel sperma. Sehingga pada proses pembelahan selanjutnya akan terbentuk 2 janin
dengan 2 plasenta, 2 amnion dan 2 korion yang terpisah, tetapi masih dalam satu
rahim.
Gambaran
Klinik
Pada kehamilan ganda dengan distensi uterus yang
berlebihan dapat terjadi persalinan prematur. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan
janin lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia kehamilan
yang dapat menggangu pertumbuhan janin dalam rahim. Frekuensi terjadinya
hidramnion pada hamil ganda sekitar 10 kali lebih besar dari kehamilan tunggal.
Keregangan otot rahim yang menyebabkan iskemik uteri dapat meningkatkan
kemungkinan pre eklampsia dan eklampsia.
Solusio plasenta dapat terjadi setelah persalinan anak
pertama karena retraksi otot rahim yang berlebihan, perjalanan persalinan dapat
berlangsung lebih lama, karena ketegangan otot rahim yang melampaui batas
setelah persalinan, terjadi gangguan kontraksi otot rahim yang menyebabkan
atonia uteri, menimbulkan perdarahan, retensio plasenta dan plasenta rest.
Dengan janin yang relatif berat badannya rendah
menyebabkan morbiditas yang tinggi. Keluhan pada kehamilan kembar diantaranya
terasa sesak napas, sering ingin kencing, edema tungkai, pembesaran pembuluh
darah (varises). Dalam perawatan antenatal pada kehamilan kembar dapat di
tingkatkan.
Komplikasi
Komplikasi potensial meliputi hal – hal berikut :
v Persalinan dan kelahiran prematur, yang terjadi 5 sampai
10 kali lebih sering dibanding kehamilan tunggal, dan merupakan ancaman
terbesar bagi kehamilan kembar / ganda.
v Kelainan letak (mal presentasi) kembar yang pertama,
dapat bokong, oblik, atau lintang dan diperkirakan terjadi pada 25 – 30 % kasus.
v Persalinan disfungsional, yang disertai dengan peregangan
uterus yang berlebihan.
v Malformasi janin.
v Prolaps tali pusat.
v Hidramnion.
v Anemia defisiensi besi pada bumil.
v Pre eklampsia atau eklampsia.
v Perdarahan antepartum, baik plasenta previa ataupun
solusio plasenta, yang dapat terjadi pada hampir 5 % kehamilan kembar.
v Perdarahan post partum.
v Toxaemia gravidarum, lebih sering terjadi pada kehamilan
kembar dibandingkan dengan kehamilan tunggal.
Komplikasi yang sangat jarang meliputi hal–hal berikut :
1. Kolisi (collision), yaitu persentuhan bagian–bagian janin
kembar dengan kembarannya sehingga mencegah penurunan janin.
2. Impaksi, perlekukan bagian janin dari salah satu kembar
kedalam permukaan kembarannya, sehingga memungkinkan penurunan keduanya secara
bersamaan.
3. Kompaksi, proses pengeluaran janin yang betul–betul
bersamaan dari kutub presentasi keduanya yang mengisi rongga pelvis sejati dan
mencegah desensus lebih lanjut keduanya.
4. Kembar terkunci (locked twins), presentasi kembar pertama
bokong dan kembar kedua puncak kepala (verteks). Ketika kembar pertama menjalani
desensus, dagunya mengenai leher dan dagu kembar kedua diatas pintu atas
panggul, dan mencegah kemajuan selanjutnya.
5. Kembar monoamniotik, angka mortalitasnya sangat tinggi,
hampir 50 %, mempunyai tali pusat yang kusut dan bersimpul. (Taber, 1994)
Data Fokus
Pengkajian
·
Wawancara
1.
Apakah
ibu mempunyai garis keturunan yang bisa menimbulkan kehamilan kembar?
2.
Apakah
ibu memakai obat yang dapat memicu ovulasi/ obat penyubur?
3.
Apakah
banyak gerakan janin yang dirasakan ibu?
4.
Bagaimana
riwayat menstruasi, banyaknya,lamanya, siklus?
5.
Kapan
HPHT? Untuk memeriksa apakah perut lebih besar dari usia kehamilan.
6.
Bagaimana
riwayat kehamilan/persalinan dulu? Umur kehamilan,dan penyulit dahulu?
7.
Apa
keluhan kehamilan sekarang?
·
Pemeriksaan Fisik
·
Inspeksi
Perut lebih besar dari tuanya kehamilan.
·
Palpasi
Fundus uteri lebih tinggi tidak sesuai dengan usia kehamilan. Teraba 3
bagian besar janin, teraba 2 balotement, teraba gerakan – gerakan janin yang
lebih banyak, serta teraba banyak bagian – bagian kecil.
·
Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau sama – sama dihitung dan
berselisih 10.
·
Vaginal
toucher
Mungkin teraba kepala yang sudah masuk kedalam rongga pinggul diatas
simphisis teraba bagian besar.
·
Pemeriksaan Diagnostik
v Ultrasonografi memudahkan diagnosis kehamilan ganda,
evaluasi pertumbuhan janin dan identifikasi presentasi janin.
Gambar
3.Kembar dizigot pada kehamilan 6 minggu dilihat dengan ultrasonografi
v Foto abdomen dapat membantu bila USG tidak tersedia.
v Pemantauan frekuensi jantung janin memberikan penilaian
kesehatan janin.
Diagnosis
pasti:
Diagnosis pasti gemelli adalah jika
ditemukan :
·
Terabanya 2 kepala, 2
bokong, dan satu/dua punggung
·
Terdengarnya dua denyut
jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan minimum 10 denyut per menit
·
Sonogram pada trimester pertama
·
Roentgen foto abdomen. Namun cara ini sudah jarang dilakukan
karena adanya bahaya penyinaran
2.4 Analisa
Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
Pre operasi
DS: Klien
mengeluh tidak nafsu makan, mual, muntah
DO: klien
terlihat lemah
|
Kehamilan ganda
Perubahan hormone
Mual,muntah,anoreksia
Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
|
DS: Klien mengeluh sering
BAK
DO: Uterus
membesar sesuai usia ke-hamilan,inkontinensia urine
|
Kehamilan ganda
Kepekaan uterus meningkat
Uterus membesar sesuai usia kehamilan
Tekanan abdomen meningkat
Perubahan eliminasi urine
|
Perubahan eliminasi urine
|
DS: Klien mengeluh sakit
dan terbatasnya aktivitas
DO: BB: 70 Kg,
kehamilan kembar baru pertama kalinya, TD: 140/90mmHg, Nadi:80x/mnt
|
Kehamilan ganda
Kepekaan uterus meningkat
Resiko tinggi intoleransi aktivitas
|
Resiko tinggi intoleransi
aktivitas
|
DS: klien merasa khawatir
dengan proses persalinan nanti
DO: Gelisah,
tidak konsentrasi dalam menjawab pertanyaan
|
Kehamilan ganda
Bayi premature
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
Ansietas
|
Ansietas
|
DS: -
DO: banyak
bertanya, terlihat bingung dan selalu menanyakan tentang kondisinya.
|
Kehamilan ganda
Bayi premature
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
|
Kurang pengetahuan
|
Post Operasi
DS: klien
mengeluh nyeri pada luka SC
DO: Tampak
luka SC, hipertermi
|
Kehamilan ganda
Mal presentasi
Pembedahan (SC)
Resiko tinggi infeksi post operasi
|
Resiko tinggi infeksi post
operasi
|
Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
mual, muntah, anoreksia.
2. Perubahan eliminasi urine b.d pembesaran uterus dan
peningkatan tekanan abdomen.
3. Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d kepekaan uterus
meningkat.
4. Ansietas b.d kemungkinan kelahiran prematur, ancaman yang
dirasakan atau aktual terhadap janin dan diri sendiri.
5. Kurang pengetahuan mengenai situasi resiko tinggi b.d
kurangnya informasi.
Post Operasi
- Resiko tinggi infeksi b.d prosedur pembedahan.
Perencanaan Keperawatan
Pre Operasi
Diagnosa I: Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia
Tujuan: kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil:
-
mual
dan muntah berkurang.
-
Berat
badan meningkat karena adanya kehamilan ganda dan sesuai dengan usia kehamilan.
-
Nafsu
makan meningkat.
Intervensi:
- Kaji pola makan klien saat ini dan masa lalu.
Rasional: memastikan status nutrisi sebelum konsepsi adalah penting untuk
manajemen perkembangan janin yang tepat, khususnya jaringan otak pada minggu
awal kehamilan.
- Timbang berat badan klien, bandingkan berat badan saat ini dengan berat badan kehamilan.
Rasional: berat badan yang kurang beresiko terhadap anemia, defisiensi
vitamin, mineral, protein.
- Berikan informasi tentang resiko penurunan berat badan selama kehamilan dan tentang kebutuhan makanan klien dan janin.
Rasional: meningkatkan pengetahuan klien guna memperbaiki status gizi.
- Anjurkan makan sedikit tapi sering dan sajikan dalam keadaan hangat, menu seimbang.
Rasional: menghindari mual saat makan sehingga makanan dapat masuk ke
tubuh.
Diagnosa II: Perubahan
eliminasi urine b.d pembesaran uterus dan peningkatan tekanan abdomen.
Tujuan: Pola elminasi BAK normal (frekuensi, jumlah).
Kriteria hasil:
-
Fekuensi
berkemih 6 – 7 kali/hari.
-
Dapat
mengidentifikasi cara–cara untuk mencegah statis urunarius.
Intervensi:
- Berikan informasi tentang perubahan perkemihan sehubungan dengan trimester ketiga.
Rasional: membantu klien memahami alasan fisiologis dari frekuensi berkemih
dan nokturia. Pembesaran uterus trimester ketiga menurunkan kapasitas kandung
kemih, mengakibatkan sering berkemih.
- Anjurkan klien untuk melakukan posisi miring kiri saat tidur, perhatikan keluhan nokturia.
Rasional: meningkatkan perfusi ginjal, memobilisasi bagian yang mengalami
edema dependen, edema berkurang pada pagi hari (pada kasus edema fisiologis).
- Berikan informasi mengenai perlunya masukan cairan 6 sampai 8 gelas perhari.
Rasional: mempertahankan tingkat cairan.
Diagnosa III: Resiko tinggi
intoleransi aktivitas b.d kepekaan uterus meningkat.
Tujuan: Kebutuhan ADL klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
-
Klien
dapat menyatakan kesadaran terhadap toleransi aktivitas.
-
Klien
dapat merencanakan perubahan yang perlu pada gaya hidup / aktivitas setiap
hari.
-
Bebas
dari kelelahan berlebihan atau kepekaan / kontraksi terus menerus dari uterus.
Intervensi:
- Anjurkan klien melakukan aktivitas dengan istirahat yang cukup.
Rasional: menghemat energi dan menghindari pengerahan tenaga terus menerus
untuk meminimalkan kelelahan.
- Anjurkan istirahat yang adekuat dan penggunaan posisi miring kiri.
Rasional: meningkatkan aliran darah ke uterus dan dapat menurunkan kepekaan
uterus.
- Tekankan pentingnya aktivitas hiburan yang tenang.
Rasional: mencegah kebosanan dan menigkatkan kerja sama dengan pembatasan
aktivitas.
Diagnosa IV: Ansietas b.d
kemungkinan kelahiran prematur, ancaman yang dirasakan atau aktual terhadap
janin dan diri sendiri.
Tujuan: Ansietas berkurang / hilang.
Kriteria hasil:
-
Klien
tampak rileks.
-
Klien
melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
- Perhatikan tingkat ansietas dan derajat pengaruh terhadap kemampuan untuk berfungsi / membuat keputusan.
Rasional: stress yang tidak diatasi dapat mempengaruhi penyelesaian tugas –
tugas kehamilan.
- Tinjau ulang kemungkinan kemungkinan sumber ansietas.
Rasional: kehamilan tidak lengkap dihubungkan dengan beberapa ansietas bagi
klien.
- Kaji tingkat stress klien / pasangan berhubungan dengan komplikasi medis, hubungan pasangan, hubungan dengan anggota keluarga, dan ketersediaan dan jaringan kerja pendukung.
Rasional: pola hubungan yang buruk akan meningkatkan tingkat stress.
- Anjurkan klien / pasangan mengekspresikan perasaan frustasi yang berkenaan dengan aturan terapi dan atau perubahan gaya hidup. Jelaskan pada klien bahwa pengungkapan dapat diterima dan penting.
Rasional: Klien membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk mengungkapkan
rasa marah/frustasi tentang perubahan dalam hidup keluarga untuk meminimalkan
ansietas.
- Berikan informasi yang tepat secara individu mengenai intervensi atau tindakan dan dampak potensial kondisi pada klien dan janin.
Rasional: membantu untuk menurunkan ansietas karena ketidaktahuan.
Diagnosa V: Kurang pengetahuan
mengenai situasi resiko tinggi b.d kurangnya informasi.
Tujuan: menyatakan pemahaman mengenai situasi resiko tinggi dari kehamilan
ganda.
Kriteria hasil:
-
Klien
dapat mengungkapkan kesadaran akan kondisi yang membuat klien beresiko.
-
Klien
dapat menyebutkan kemungkinan tindakan pencegahan.
-
Klien
berpartisipasi untuk mencapai kemungkinan kehamilan dan persalinan terbaik.
Intervensi:
- Berikan informasi yang adekuat berhubungan dengan situasi resiko tinggi, termasuk penjelasan yang singkat dan sederhana dari perubahan patofisiologis dan implikasi maternal dan janin.
Rasional: Meningkatkan pemahaman klien.
- Berikan informasi yang tepat berkenaan dengan skrining dan metode tes serta prosedur.
Rasional: Memberikan kepuasan pada pasien akan informasi.
- Identifikasi tanda –tanda bahaya yang memerlukan pemberitahuan segera terhadap pemberi perawatan kesehatan (misal: KPD, persalinan preterm, perdarahan vaginal).
Rasional: Pengenalan situasi beresiko tinggi mendorong evaluasi /
intervensi segera, yang dapat meningkatkan atau membatasi hasil.
Post Operasi
Diagnosa I: Resiko tinggi
infeksi b.d prosedur pembedahan.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
-
Tidak
terdapat tanda gejala infeksi
-
TTV
dalam batas normal.
Intervensi:
- Kaji suhu dan pernapasan klien
Rasional: Peningkatan TTV dapat mennunjukkan terjadinya infeksi.
- Perhatikan jumlah dan bau rabas lokhea. Tinjau ulang kemajuan normal dari rubra ke serosa ke alba.
Rasional: Lokhea normal mempunyai bau amis, namun ada endometritis, rabas
mungkin purulen dan bau busuk tidak menunjukkan perubahan normal.
- Rawat luka post operasi SC dengan teknik aseptik secara rutin, dan laporkan bila terdapat tanda gejala infeksi.
Rasional: Perawatan lukan secara aseptik dapat mengurangi resiko infeksi.
- Kolaborasi medis pemberian antibiotika, anti inflamasi.
Rasional: Untuk penatalaksanaan mencegah infeksi.
- Beri nutrisi yang cukup dan menu seimbang, serta masukan cairan yang adekuat.
Rasional: Mempercepat penyembuhan luka.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F., Gary, et
al., 1995, Obstetri Williams, Ed. 18,
EGC, Jakarta.
Doengoes, Marilynn E,
et al., 2001, Rencana Perawatan Maternal
/ Bayi: Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Ed. 2,
EGC, Jakarta.
Hacker, Neville F,
Moore, J. G., 2001, Essential Obstetri
dan Ginekologi, Ed. 2, Hipokrates, Jakarta.
Manuaba, I.B.G., 2001, Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetric
Ginekologi & KB, EGC, Jakarta.
Mochtar, Rustam, 1990, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi
Obstetri Patologi, EGC, Jakarta.
Prawirohardjo,
Sarwono, 1984, Pengantar Ilmu dan Praktek
Kebidanan Bag. I, FKUI, Jakarta.
Sulaiman,
Sastrawinata, 1979, Obstetri Patologi,
UNPAD, Bandung.
Taber,
Ben Zion, 1994, Kapita Selekta
Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2, EGC, Jakarta.
Varney, Helen, 2001,
Buku Saku Bidan, EGC, Jakarta.
Wikrojosastro,
Hanifa, 1999, Ilmu Kebidanan, Ed. 3,
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar