Posting by Gunawan Muhaemin
Untuk Powerpoint (Persentasi) silahkan DOWNLOAD DISINI !!!
2.1 Definisi
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Guyton & Hall, 1997).
Untuk Powerpoint (Persentasi) silahkan DOWNLOAD DISINI !!!
2.1 Definisi
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Guyton & Hall, 1997).
2.2
Etiologi
Luka
bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
1. Luka Bakar Termal
Luka
bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api,
cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2. Luka Bakar Kimia
Luka
bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam
atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia
dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan
dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat
kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia
3. Luka Bakar Elektrik
Luka
bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi
listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh
lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka
bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri
ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau
dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar
oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu
tipe luka bakar radiasi.
2.3
Fase
Luka Bakar
1.
Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase
syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan
yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan
circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi
adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak
sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya
ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi
sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan
hiperdinamik yang masih ditingkahi dengan problema instabilitas sirkulasi.
2.
Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok
teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat
kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
·
Proses inflamasi dan infeksi.
·
Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada
luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau
organ–organ fungsional.
·
Keadaan hipermetabolisme.
3.
Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga
terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ
fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur
2.4
Klasifikasi
1.
Dalamnya
Luka Bakar
Luka bakar
dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai
luka bakar superfisial partial thickness,
deep partial thickness dan full
thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu,
-dua, -tiga.
Kedalaman dan
penyebab luka bakar
|
Bagian kulit
yang terkena
|
Gejala
|
Penampilan
luka
|
Perjalanan
kesembuhan
|
Derajat satu (superfisial): tersengat
matahari, terkena api dengan intensitas rendah
|
Epidermis
|
Kesemutan, hiperestesia
(supersensivitas), rasa nyeri mereda jika didinginkan
|
Memerah, menjadi putih ketika
ditekan minimal atau tanpa edema
|
Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu, terjadi pengelupasan kulit
|
Derajat-dua (partial-thickness): tersiram air mendidih, terbakar oleh nyala api
|
Epidermis dan bagian dermis
|
Nyeri, hiperestesia, sensitif
terhadap udara yang dingin
|
Melepuh, dasar luka
berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luka basah, terdapat edema
|
Kesembuhan dalam waktu 2-3
minggu, pembentukan parut dan depigmentasi, infeksi dapat mengubahnya menjadi
derajat-tiga
|
Derajat-tiga (full-thickness): terbakar
nyala api, terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama, tersengat arus
listrik
|
Epidermis, keseluruhan dermis
dan kadang-kadang jaringan subkutan
|
Tidak terasa nyeri, syok,
hematuria (adanya darah dalam urin) dan kemungkinan pula hemolisis (destruksi
sel darah merah), kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar
listrik)
|
Kering, luka bakar berwarna
putih seperti bahan kulit atau gosong, kulit retak dengan bagian lemak yang
tampak, terdapat edema
|
Pembentukan eskar, diperlukan
pencangkokan, pembentukan parut dan hilangnya kontur serta fungsi kulit,
hilangnya jari tangan atau ekstrenitas dapat terjadi
|
Dalam
menetukan dalamnya luka bakar kita harus memperhatikan faktor-faktor berikut :
1.
Riwayat
terjadinya luka bakar
2.
Penyebab
luka bakar
3.
Suhu
agen yang menyebabkan luka bakar
4.
Lamanya
kontak dengan agen
5.
Tebalnya
kulit
2. Berat
ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar
harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
·
Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan
tubuh.
·
Kedalaman luka bakar.
·
Anatomi lokasi luka bakar.
·
Umur klien.
·
Riwayat pengobatan yang lalu.
·
Trauma yang menyertai atau bersamaan.
3.
Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn
Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a.
Luka bakar mayor
·
Luka bakar dengan luas lebih dari 25%
pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
·
Luka bakar fullthickness
lebih dari 20%.
·
Terdapat luka bakar pada tangan, muka,
mata, telinga, kaki, dan perineum.
·
Terdapat trauma inhalasi dan multiple
injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
·
Terdapat luka bakar listrik bertegangan
tinggi.
b.
Luka bakar moderat
·
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang
dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
·
Luka bakar fullthickness
kurang dari 10%.
·
Tidak terdapat luka bakar pada tangan,
muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c.
Luka bakar minor
Luka bakar minor
seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah :
·
Luka bakar dengan luas kurang dari 15%
pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
·
Luka bakar fullthickness kurang
dari 2%.
·
Tidak terdapat luka bakar di daerah
wajah, tangan, dan kaki.
2.5
Luas
Luka Bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka
bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :
1.
Rule of nine
-
Kepala dan leher : 9%
-
Dada depan dan belakang : 18%
-
Abdomen depan dan belakang : 18%
-
Tangan kanan dan kiri : 18%
-
Paha kanan dan kiri : 18%
-
Kaki kanan dan kiri : 18%
-
Genital : 1%
2.
Diagram
Penentuan luas luka bakar secara
lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder sebagai berikut:
LOKASI
|
USIA (Tahun)
|
||||
0-1
|
1-4
|
5-9
|
10-15
|
DEWASA
|
|
KEPALA
|
19
|
17
|
13
|
10
|
7
|
LEHER
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
DADA & PERUT
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
PUNGGUNG
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
PANTAT KIRI
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
PANTAT KANAN
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
KELAMIN
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
LENGAN ATAS KANAN
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
LENGAN ATAS KIRI
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
LENGAN BAWAH KANAN
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
LENGAN BAWAH KIRI
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
TANGAN KANAN
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
TANGAN KIRI
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
PAHA KANAN
|
5,5
|
6,5
|
8,5
|
8,5
|
9,5
|
PAHA KIRI
|
5,5
|
6,5
|
8,5
|
8,5
|
9,5
|
TUNGKAI BAWAH KANAN
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
7
|
TUNGKAI BAWAH KIRI
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
7
|
KAKI KANAN
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
KAKI KIRI
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
2.6
Patofisiologi
Luka bakar disebabkan karena tranfer energi panas dari
sebuah sumber energi ke tubuh, panas menyebabkan kerusakan jaringan. Reaksi
setempat, panans menyebabkan kerusakan protein dan pembuluh darah. Terdapat
tiga zona kerusakan jaringan:
1. zona koagulasi
2. zona stasis
3. zona hypearemia
Kerusakan pada kulit berhubungan dengan:
1.
suhu
penyebab luka bakar
2.
penyebab
3.
lama
terbakar
4.
jaringan
ikat yang terkena
5.
lapisan
dari struktur kulit yang terkena
Akibat pertama
luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang
terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas tinggi. Sel darah yang ada
didalamnya ikut rusak sehingga dapat menjadi anemia. Mengingat permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan serta elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebakan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan
masuk kebula yang terbentuk pada luka bakar derajat III dan pengeluaran cairan
dari keropeng luka bakar derajat III. Akibat luka bakar, fungsi kulit yang
hilang berakibat terjadi perubahan fisiologi, Diantaranya adalah
·
Hilang daya lindung terhadap infeksi
·
Cairan tubuh terbuang
·
Hilang kemampuan mengendalikan suhu
·
Kelenjar keringat dan uap
·
Banyak kehilangan reseptor sensori
Luka
bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air,
natrium, klorida dan protein akan keluar dari sel dan menyebabkan terjadinya
edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemo konsentrasi. Donna
(1991) menyatakan bahwa kehilangan cairan tubuh pada pasien luka bakar dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
·
Peningkatan mineralo kortikoid
-Retensi
air, natrium dan klorida
-Ekskresi
kalium
·
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
; keluarnya elektrolit dan protein dari pembuluh darah.
·
Perbedaan tekan osmotik intra dan
ekstrasel.
Kehilangan
volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektolit tubuh yang
selanjutnya akan terlihat dari hasil laboratorium.
Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan
kulit tetapi juga mempengaruhi sistem tubuh pasien. Seluruh sistem tubuh
menunjukkan perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka
bakar, yang luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga
timbul berbagai macam komplikasi
Burn shock (syok hipovolemik) atau shock luka bakar
merupakan komplikasi yang sering dialami pasien dengan luka bakar luas karena
hipovolemik yang tidak segera diatasi.
2.7
Komplikasi
1. kelainan pada pernafasan akibat hisapan
2. infeksi, insiden infeksi meingkat
sejalan dengan peningkatan luas luka bakar.
3. neurovaskular, terjadi karena luka
bakar luas
4. pembentukan jaringan parut yang
menyebabkan penurunan aliran darah
2.8
Indikasi
Rawat Inap Luka Bakar
1. Luka bakar grade II:
-Dewasa > 20%
-Anak/orang tua > 15%
2. Luka bakar grade III.
3. Luka bakar dengan komplikasi:
jantung, otak dll
2.9
Penatalaksanaan
A.
Penanganan
keperawatan
1. Penanganan
awal ditempat kejadian
Tindakan yang dilakukan
terhadap luka bakar :
· Jauhkan
korban dari sumber panas, jika penyebabnya api, jangan biarkan korban berlari,
anjurkan korban untuk berguling – guling atau bungkus tubuh korban dengan kain
basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup berventilasi jika
kejadian luka bakar berada diruangan tertutup.
· Buka
pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban
· Kaji
kelancaran jalan nafas korban, beri bantuan pernafasan korbam
dan oksigen bila diperlukan
· Beri
pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 200C selama 15
– 20 menit segera setelah terjadinya luka bakar
· Jika
penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak –
banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuhnya
· Kaji
kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar serta cedera lain yang
menyertai luka bakar
· Segera
bawa korban ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut
2.
Penanganan luka bakar di unit gawat
darurat
Tindakan yang harus
dilakukan terhadap pasien pada 24 jam pertama
yaitu :
·
Penilaian keadaan umum pasien.
Perhatikan A : Airway (jalan nafas), B : Breathing (pernafasan), C :
Circulation (sirkulasi)
·
Penilaian luas dan kedalaman luka bakar
·
Kaji adanya kesulitan menelan atau
bicara dan edema saluran pernafasan
·
Kaji adanya faktor – faktor lain yang
memperberat luka bakar seperti adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya
(seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll)
·
Pasang infus (IV line), jika luka bakar
>20% derajat II / III biasanya dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter)
·
Pasang kateter urin
·
Pasang NGT jika diperlukan
·
Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
·
Berikan suntikan ATS / toxoid
·
Perawatan luka :
-Cuci luka dengan
cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100)
-Biarkan lepuh utuh
(jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi yang mengganggu pergerakan
-Selimuti pasien dengan
selimut steril
·
Pemberian obat – obatan (kolaborasi
dokter)
-Antasida H2 antagonis
-Roborantia (vitamin C
dan A)
-Analgetik
-antibiotic
·
Mobilisasi secara dini
·
Pengaturan posisi
Keterangan :
•
Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan
• Pada 8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan
• Pada 8 jam III diberikan sisanya
• Pada 8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan
• Pada 8 jam III diberikan sisanya
3.
Penanganan luka bakar di unit perawatan
intensif
Hal yang perlu diperhatikan selama pasien dirawat di unit ini meliputi :
Hal yang perlu diperhatikan selama pasien dirawat di unit ini meliputi :
·
Pantau keadaan pasien dan setting
ventilator. Kaji apakah pasien mengadakan perlawanan terhadap ventilator
·
Observasi tanda – tanda vital; tekanan
darah, nadi, pernafasan, setiap jam dan suhu setiap 4 jam
·
Pantau nilai CVP
·
Amati neurologis pasien (GCS)
·
Pantau status hemodinamik
·
Pantau haluaran urin (minimal 1ml/kg
BB/jam)
·
Auskultasi suara paru setiap pertukaran
jaga
·
Cek asalisa gas darah setip hari atau
bila diperlukan
·
Pantau status oksigen
·
Penghisapan lendir (suction) minimal
setiap 2jam dan jika perlu
·
Perawatan tiap 2jam (beri boraq
gliserin)
·
Perawatan mata dengan memberi salep atau
tetes mata setiap 2jam
·
Ganti posisi pasien setiap 3jam
(perhatikan posisi yang benar bagi pasien)
·
Fisoterapi dada
·
Perawatan daerah invasif seperti daerah
pemasangan CVP, kateter dan tube setiap hari
·
Ganti kateter dan NGT setiap minggu
·
Observasi letak tube (ETT) setiap shift
·
Observasi setiap aspirasi cairan lambung
·
Periksa laboratorium darah : elektrolit,
ureum/kreatinin, AGD, proteim (albumin), dan gula darah (kolaborasi dokter)
·
Perawatan luka bakar sesuai protokol
rumah sakit
·
Pemberian medikasi sesuai dengan
petunjuk dokter
4.
Perawatan luka bakar di unit perawatan
luka bakar
Terdapat dua jenis perawatan luka selama dirawat di bangsal yaitu :
Terdapat dua jenis perawatan luka selama dirawat di bangsal yaitu :
· Perawatan
terbuka
Yakni luka yang telah
diberi obat topical dibiarkan terbuka tanpa balutan dan diberi pelindung cradle
bed. Biasanya juga dilakukan untuk daerah yang sulit dibalut seperti wajah,
perineum, dan lipat paha
Keuntungan :
•
Waktu yang dibutuhkan lebih singkat
• Lebih praktis dan efisien
• Bila terjadi infeksi mudah terdeteksi
• Lebih praktis dan efisien
• Bila terjadi infeksi mudah terdeteksi
Kerugian :
•
Pasien merasa kurang nyaman
• Dari segi etika kurang
• Dari segi etika kurang
·
Perawatan tertutup
Yakni penutupan luka
dengan balutan kasa steril setelah dibeikan obat topical.
Keuntungan:
-Luka tidak langsung
berhubungan dengan udara ruangan (mengurangi kontaminasi)
-Pasien merasa lebih
nyaman
Kerugian :
-Balutan sering
membatasi gerakan pasien
-Biaya perawatan
bertambah
-Butuh waktu perawatan
lebih lama
-Pasien merasa nyeri
saat balutan dibuka
I.
Urutan prosedur tindakan perawatan luka
pada pasien luka bakar antara lain :
1).
Cuci
/ bersihkan luka dengan cairan savlon 1% dan cukur rambut yang tumbuh pada daerah luka bakar sperti
pada wajah, aksila, pubis, dll
2) Lakukan nekrotomi jaringan
nekrosis
3).Lakukan
escharotomy jika luka bakar melingkar (circumferential) dan eschar menekan
pembuluh darah. Eskartomi dilakukan oleh dokter
4) Bullae (lepuh) dibiarkan utuh
sampai hari ke 5 post luka bakar, kecuali jika di daerah sendi / pergerakan
boleh dipecahkan dengan menggunakan spuit steril dan kemudian lakukan nekrotomi
5) Mandikan pasien tiap hari jika
mungkin
6).Jika banyak pus, bersihkan dengan
betadin sol 2%
7) Perhatikan ekspresi wajah dan
keadaan umum pasien selama merawat luka
8) Bilas savlon 1% dengan
menggunakan cairan NaCl 0,9%
9) Keringkan menggunakan kasa
steril
10) Beri salep silver sulfadiazine
(SSD) setebal 0,5cm pada seluruh daerah luka bakar (kecuali wajah hanya jika
luka bakar dalam [derajat III] dan jika luka bakar pada wajah derajat I/II,
beri salep antibiotika)
11) Tutup dengan kasa steril
(perawatan tertutup atau biarkan terbuka (gunakan cradle bed)
5.
Terapi psikiater
Mengingat
pasien dengan luka bakar mengalami masalah psikis maka perawat perlu bekerja
sama dengan psikiatri untuk membantu pasien mengatasi masalah psikisnya, namun
bukan berarti menggantikan peran perawat dalam memberikan support dan empati, sehingga
diharapkan pasien dapat dapat menerima keadaan dirinya dan dapat kembali
kemasyarakat tanpa perasaan terisolasi.
Hal
lain yang perlu diingat bahwa sering kali pasien mengalami luka bakar karena
upaya bunuh diri atau mencelakakan dirinya sendiri dengan latar belakang
gangguan mental atau depresi yang dialaminya sehingga perlu terapi lebih lanjut
oleh psikiatris.
6.
Terapi fisioterapis
Pasien
luka bakar mengalami trauma bukan hanya secara fisik namun secara psikis juga.
Pasien juga mengalami nyeri yang hebat sehingga pasien tidak berani untuk
menggerakkan anggota tubuhnya terutama ynag mengalami luka bakar. Hal ini akan
mengakibatkan berbagai komplikasi terhadap pasien diantaranya yaitu terjadi
kontraktur dan defisit fungsi tubuh.
Untuk
mencegah terjadinya kontraktur, deformitas dan kemunduran fungsi tubuh, perawat
memerlukan kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain yaitu fisioterapis.
Pasien luka bakar akan mendapatkan latihan yang sesuai dengan kebutuhan
fisiknya. Dengan pemberian latihan sedini mungkin dan pengaturan posisi yang
sesuai dengan keadaan luka bakar, diharapkan terjadinya kecacatan dapat dicegah
atau dinminimalkan. Rehabilitasi dini dapat dilakukan sejak pasien mengalami
luka bakar. Hal yang dapat dilakukan oleh perawat adalah dengan memberi posisi
7.
Terapi nutrisi
Ahli
gizi diharapkan dapat membantu pasien dalam pemenuhan nutrisi yang tidak hanya
memenuhi kecukupan jumlah kalori, protein, lemak, dll tapi terutama juga dalam
hal pemenuhan makanan dan cara penyajian yang menarik karena hal ini akan
sangat mempengaruhi nafsu makan pasien. Dengan pemberian nutrisi yang kuat
serta menu yang variatif, diharapkan pasien dapat mengalami proses penyembuhan
luka secara optimal.
Ahli
gizi bertugas memberikan penyuluhan tentang gizi pada pasien dan dengan
dukungan perawat dan keluarga dalam memberikan motivasi untuk meningkatkan
intake nutrisinya maka diharapkan kebutuhan nutrisi yang adekuat bagi pasien
terpenuhi.
B. Penanganan medis
Tindakan yang dilakukan dalam
pelaksanaan pasien luka bakar antara lain terapi cairan dan terapi obat –
obatan topical.
1.
Pemberian
cairan intravena
Tiga macam cairan diperlukan dalam kalkulasi
kebutuhan pasien :
· Koloid
termasuk plasma dan plasma expander seperti dextran
· Elektolit
seperti NaCl, larutan ringer, larutan Hartman atau larutan tirode
· Larutan
non elektrolit seperti glukosa 5%
Sebelum infus diberikan, luas dan
dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti. Kemudian jumlah cairan
infus yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk menghitung
kebutuhan cairan ini.
Pemberian cairan ada beberapa
formula :
1)
Formula
Baxter hanya memakai cairan RL dengan jumlah : % luas luka
bakar x BB (kg) x 4cc diberikan ½ 8 jam I dan ½ nya 16 jam berikut untuk hari
ke 2 tergantung keadaan.
Resusitasi
cairan : Baxter.
·
Dewasa : Baxter.
RL
4 cc x BB x % LB/24 jam.
·
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan
faal:
RL
: Dextran = 17 : 3
2
cc x BB x % LB.
·
Kebutuhan
faal:
<
1 tahun : BB x 100 cc
1
– 3 tahun : BB x 75 cc
3
– 5 tahun : BB x 50 cc
½
Ć diberikan 8 jam pertama
½
Ć diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
·
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% /
albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
(Albumin
25% = gram x 4 cc) Ć 1 cc/mnt.
·
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
2) Formula Evans
• Cairan yang diberikan adalah saline
• Elektrolit dosis : 1cc x BB kg x % luka bakar
• Koloid dosis : 1cc x Bb kg x % luka bakar
• Glukosa : - Dewasa : 2000cc
- Anak : 1000cc
3) Formula
Brook
• Cairan yang diberikan adalah
Ringer Laktat
• Elektrolit : 1,5cc x BB kg x %
luka bakar
• Koloid : 0,5cc x Bb kg x % luka
bakar
• Dektros : - Dewasa : 2000cc
- Anak : 1000cc
4) Formula
farkland
• Cairan yang diberikan adalah
Ringer Laktat
• Elektrolit : 4cc x BB kg x % luka
bakar
2.
Terapi
obat – obatan topical
Ada berbagai jenis obat topical
yang dapat digunakan pada pasien luka bakar antara lain :
1) Mafenamid Acetate (sulfamylon)
Indikasi : Luka dengan kuman pathogen gram positif
dan negatif, terapi pilihan untuk luka bakar listrik dan pada telinga.
Keterangan : Berikan 1 – 2 kali per hari dengan
sarung tangan steril, menimbulkan nyeri partial thickness burn selama 30 menit,
jangan dibalut karena dapat merngurangi efektifitas dan menyebabkan macerasi.
2). Silver
Nitrat
Indikasi : Efektif sebagai spectrum luas pada luka
pathogen dan infeksi candida, digunakan pada pasien yang alergi sulfa atau
tosix epidermal nekrolisis.
Keterangan : Berikan 0,5% balutan basah 2 – 3 kali per hari, yakinkan balutan tetap lembab dengan membasahi setiap 2 jam.
Keterangan : Berikan 0,5% balutan basah 2 – 3 kali per hari, yakinkan balutan tetap lembab dengan membasahi setiap 2 jam.
3) Silver Sulfadiazine
Indikasi : Spektrum luas untukmicrobial pathogen ;
gunakan dengan hati – hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
Keterangan : Berikan 1 – 2 kali per hari dengan sarung steril, biarkan luka terbuka atau tertutup dengan kasa steril.
Keterangan : Berikan 1 – 2 kali per hari dengan sarung steril, biarkan luka terbuka atau tertutup dengan kasa steril.
4). Povidone
Iodine (Betadine)
Indikasi : Efektif terhadap kuman gram positif dan
negatif, candida albican dan jamur.
Keterangan : Tersedia dalam bentuk solution, sabun
dan salep, mudah digunakan dengan sarung tangan steril, mempunyai kecenderungan
untuk menjadi kerak dan menimbulkan nyeri, iritasi, mengganggu pergerakan dan
dapat menyebabkan asidosis metabolic
Dengan pemberian
obat – obatan topical secara tepat dan efektif, diharapkan dapat mengurangi
terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang seringkali masih menjadi
penyebab kematian pasien.
2.10
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah yang meliputi :
1.
Hb, Ht, trombosit
2.
Protein total (albumin dan globulin)
3.
Ureum dan kreatinin
4.
Elektrolit
5.
Gula darah
6.
Analisa gas darah (jika perlu lakukan
tiap 12 jam atau minimal tiap hari)
7.
Karboksihaemoglobin
8.
Tes fungsi hati / LFT
2.11
Prognosis
Prognosis klien yang mengalami
suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar.
Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat
mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka
bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau
kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka
bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk
menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar
tertentu.
BAB
III
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
·
Aktifitas/istirahat:
Tanda:
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
·
Sirkulasi:
Tanda
(dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum
dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
·
Integritas ego:
Gejala:
masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
·
Eliminasi:
Tanda:
haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
·
Makanan/cairan:
Tanda:
oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
·
Neurosensori:
Gejala: area
batas; kesemutan.
Tanda:
perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
·
Nyeri/kenyamanan:
Gejala:
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga
tidak nyeri.
·
Pernafasan:
Gejala:
terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda:
serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan
torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal);
bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan
nafas dalam (ronkhi).
·
Keamanan:
Tanda:
Kulit umum:
destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit
tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api:
terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas
yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut
kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau
lingkar nasal.
Cedera
kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam
setelah cedera.
Cedera listrik:
cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan
luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar
dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
Pemeriksaan
diagnostik:
1.
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
2.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan
dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji
fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
4.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
8.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera
inhalasi asap.
3.2
Diagnosa
Keperawatan
1. Kerusakan Pertukaran Gas b.d. keracunan gas CO inhalasi asap dan
obstruksi saluran nafas atas
2. Kurang volume cairan b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah LB
3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan
metabolik(BMR)
5. Gangguan mobilisasi b.d kerusakan jaringan dan kontraktur
6. Gangguan pola tidur b.d perangsangan pusat RES di hipotalamus
akibat kerusakan jaringan kulit
7. Cemas/takut b.d hospitalisasi/prosedur isolasi
8. Gangguan body image b.d perubahan penampilan fisik
9. Kurang pengetahuan tentang kondisi luka bakar, prognosis dan
perawatan luka bakar b.d kurangnya informasi
10.
Resti infeksi b.d kerusakan
integritas kulit
3.3
Intervensi
1.
Kerusakan Pertukaran Gas b.d. keracunan gas CO inhalasi asap dan
obstruksi saluran nafas atas
Tujuan :
Oksigenasi jaringan
adekuat
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda
sianosis
-
Frekuensi nafas 12 - 24 x/mnt
- SP O2 > 95
Intervensi :
1. kaji tanda-tanda
distress nafas, bunyi, frekuensi, irama, kedalaman nafas.
2. monitor tanda-tanda
hypoxia(agitsi,takhipnea, stupor,sianosis)
3. monitor hasil
laboratorium, AGD, kadar oksihemoglobin, hasil oximetri nadi,
4. Kolaborasi dengan
tim medis untuk pemasangan endotracheal tube atau tracheostomi tube bila
diperlukan.
5. kolabolarasi dengan
tim medis untuk pemasangan ventilator bila diperlukan.
6. kolaborasi dengan
tim medis untuik pemberian inhalasi terapi bila diperlukan
2. Kurang
volume cairan b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
akibat evaporasi dari daerah LB
Tujuan :
Memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria hasil :
Menunjukan
perbaikan keseimbangan cairan
IIIIIntervensi
:
-
Monitor TTV, CVP &
haluaran urine setiap jam
-
Waspada tanda2 hipovolemia /
hipervolemia
-
Timbang BB setiap hari (bila
mampu)
-
Pertahankan pemberian infus,
atur tetesannya pada kecepatan yg tepat sesuai program medik
-
Monitor hasil laboratorium
(defisiensi / kelebihan) thdp Na, K, Ca, F dan bikarbonat
-
Tinggikan bagian kepala
tempat tidur dan ekstremitas yang terbakar
3.
Nyeri b.d kerusakan kulit dan tindakan pencucian .
Tujuan :
Nyeri berkurang
Kriteria Hasil:
- Skala 1-2
- Expresi wajah tenang
- Nadi 60-100 x/mnt
- Klien tidak gelisah
Intervensi :
1. Kaji rasa nyeri
2. Atur posisi tidur
senyaman mungkin
3. Anjurkan klien untuk
teknik rileksasi
4. Lakukan prosedur
pencucian luka dengan hati-hati
5. Anjurkan klien untuk
mengekspresikan rasa nyeri yang dirasakan
6. Beri tahu klien
tentang penyebab rasa sakit pada luka bakar
7. Kolaborasi dengan
tinm medis untuik pemberian analgetik
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolik(BMR)
Tujuan :
Intake
nutrisi adekuat dengan mempertahankan 85-90% BB
Kriteria Hasil:
- Intake kalori 1600
-2000 kkal
- Intake protein +- 40
gr /hari
- Makanan yang
disajikan habis dimakan
Intervensi :
1. kaji sejauh mana
kurangnya nutrisi
2. lakukan penimbangan
berat badan klien setiap hari (bila mungkin)
3. pertahankan
keseimbangan intake dan output
4. jelaskan
kepada klien tentang pentingnya nutrisi sebagai penghasil kalori yang sangat
dibutuhkan tubuh dalam kondisi luka bakar.
5. Kolaborasi dengan
tim medis untuk pemberian nutrisi parenteral
6. Kolaborsi dengan tim
ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang adekuat.
5.
Gangguan mobilisasi b.d keruskan jaringan dan kontraktur
Tujuan :
Mobilitas fisik optimal
Kriteria Hasil:
- Klien mampu melakukan
ROM aktif
- Tidak ada tanda-tanda
kontraktur daerah luka bakar
- Kebutuhan sehari-hari
terpenuhi
Intervensi :
1. Kaji kemampuan ROM
(Range Of Motion)
2. Ajarkan dan anjurkan
klien untuk berlatih menggerakan persendian pada eksteremitas secara bertahap.
3. Beri support mental
4. Kolaborasi dengan
tim fisioterapi
5. untuk program
latihan selanjutnya
6. Gangguan
pola tidur b.d perangsangan pusat RES di hipotalamus akibat kerusakan jaringan
kulit
Tujuan :
-
Melaporkan perbaikan dalam
pola tidur/istrahat.
Kriteria Hasil :
-
Mengungkapkan peningkatan
istrahat.
Intervensi :
1. Mengatur posisi tidur klien untuk meningkatkan kenyamanan.
2. Berikan tempat tidur yang nyaman yang di sesuaikan dengan area
luka bakar.
3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru
Kolaborasi :
- Berikan sedatif, hipnotik, sesuai
indikasi
7.
Cemas/takut b.d hospitalisasi/prosedur isolasi
Tujuan :
Rasa cemas/takut hilang
dan klien dapat beradaptasi
Kriteria Hasil :
- Klien terlihat tenang
- klien mengerti tentang
prosedur perawatan luka bakar
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana
rasa/takut klien
2. Beri kesempatan
klien untuk mengungkapkan perasaannya
3. Beri tahu klien
tentang prosedur perawatan luka bakar
4. Jelaskan pada klien
mengapa perlu dilakukan perawatan dengan prosedur isolasi
5. Beritahu keadaan
lokasi tempat klien rawat
8.
Gangguan body image b.d perubahan penampilan fisik
Tujuan :
Gangguan body image
Kriteria Hasil:
- Daerah luka bakar
dalam perbaikan
- klien dapat menerima
kondisinya
- klien tenang
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana ras
khawatir klien tentang akibat luka bakar
2. Beri kesempatan
klien untuk mengungkapkan perasaannya
3. Lakukan prosedur
perawatan yang tepat sehingga tidak terjadi komlikasi berupa cacat fisik
4. Beri support mental
dan ajak keluarga dalam memberikan support
9. Kurang pengetahuan tentang kondisi luka
bakar, prognosis dan perawatan luka bakar b.d kurangnya informasi
Tujuan :
Klien mengetahui
tentang kondisi luka bakar, prognosisi dan perawatan luka bakar
Kriteria Hasil :
- Klien terlihat tenang
- Klien mengerti
tentang kondisinya
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana
pengetahuan klien tentang kondisi, prognosis dan harapan masa depan
2. Diskusikan harapan
klien untuk kembali kerumah, bekerja dan kembali melakukan aktifitras secara
normal
3. Anjurkan klien untuk
menentukan program latihan dan waktu untuk istirahat
Beri
kesempatan pada klien untuk bertanya mengenai hal-hal yang tidak diketahuinya
10.
Resti infeksi b.d kerusakan integritas kulit
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil:
- Suhu 36 – 37 C
- BP 100-140/60 –90
mmHg
- Leukosit 5000
-10.000.ul
- Tidak ada kemerahan,
pembengkakan, dan kelainan fungsi
Intervensi :
1. Beritahu klien
tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan sebelum
dan sesudah melekukan tindakan
3. Gunakan sarung
tangan steril, masker, penutup kepala dan tehnik aseptic selama dalam perawatan
4. Kaji sampai dimana
luas dan kedalaman luka klien, kalau memungkinkan beritahu klien tentang
kondisinya
5. Kaji tanda-tanda
infeksi (dolor, kolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)
6. Lakukan ganti
balutan dengan tehnik steril, gunakan obat luka (topical)yang sesuai dengan
kondisi luka dan sesuai dengan program medis
7. Monitor vital sign
8. Pertahankan personal
hygiene
0 komentar:
Posting Komentar