Social Icons

Pages

Selasa, 10 Desember 2013

KEGAWATDARURATAN PADA LUKA BAKAR

Posting by Gunawan Muhaemin

Untuk  Powerpoint (Persentasi) silahkan DOWNLOAD DISINI !!!

2.1 Definisi
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) . 
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Guyton & Hall, 1997).
2.2         Etiologi
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
1.      Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2.      Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia
3.      Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4.      Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

2.3         Fase Luka Bakar
1.      Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi dengan problema instabilitas sirkulasi.
2.      Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
·         Proses inflamasi dan infeksi.
·         Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ–organ fungsional.
·         Keadaan hipermetabolisme.
3.      Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur


2.4         Klasifikasi
1.      Dalamnya Luka Bakar
Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua, -tiga.
Kedalaman dan penyebab luka bakar
Bagian kulit yang terkena
Gejala
Penampilan luka
Perjalanan kesembuhan
Derajat satu (superfisial): tersengat matahari, terkena api dengan intensitas rendah

Epidermis
Kesemutan, hiperestesia (supersensivitas), rasa nyeri mereda jika didinginkan
Memerah, menjadi putih ketika ditekan minimal atau tanpa edema
Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu, terjadi pengelupasan kulit
Derajat-dua (partial-thickness): tersiram air mendidih, terbakar oleh nyala api
Epidermis dan bagian dermis
Nyeri, hiperestesia, sensitif terhadap udara yang dingin
Melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luka basah, terdapat edema










Kesembuhan dalam waktu 2-3 minggu, pembentukan parut dan depigmentasi, infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat-tiga
Derajat-tiga (full-thickness): terbakar nyala api, terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama, tersengat arus listrik
Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan
Tidak terasa nyeri, syok, hematuria (adanya darah dalam urin) dan kemungkinan pula hemolisis (destruksi sel darah merah), kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar listrik)
Kering, luka bakar berwarna putih seperti bahan kulit atau gosong, kulit retak dengan bagian lemak yang tampak, terdapat edema
Pembentukan eskar, diperlukan pencangkokan, pembentukan parut dan hilangnya kontur serta fungsi kulit, hilangnya jari tangan atau ekstrenitas dapat terjadi

Dalam menetukan dalamnya luka bakar kita harus memperhatikan faktor-faktor berikut :
1.      Riwayat terjadinya luka bakar
2.      Penyebab luka bakar
3.      Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
4.      Lamanya kontak dengan agen
5.      Tebalnya kulit

2.      Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
·         Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
·         Kedalaman luka bakar.
·         Anatomi lokasi luka bakar.
·         Umur klien.
·         Riwayat pengobatan yang lalu.
·         Trauma yang menyertai atau bersamaan.
3.      Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a.      Luka bakar mayor
·         Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
·         Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
·         Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
·         Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
·         Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b.      Luka bakar moderat
·         Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
·         Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
·         Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c.       Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah :
·         Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
·         Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
·         Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
2.5         Luas Luka Bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Rule of nine
-          Kepala dan leher : 9%
-          Dada depan dan belakang : 18%
-          Abdomen depan dan belakang : 18%
-          Tangan kanan dan kiri : 18%
-          Paha kanan dan kiri : 18%
-          Kaki kanan dan kiri : 18%
-          Genital : 1%

2. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder sebagai berikut:
LOKASI
USIA (Tahun)
0-1
1-4
5-9
10-15
DEWASA
KEPALA
19
17
13
10
7
LEHER
2
2
2
2
2
DADA & PERUT
13
13
13
13
13
PUNGGUNG
13
13
13
13
13
PANTAT KIRI
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
PANTAT KANAN
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
KELAMIN
1
1
1
1
1
LENGAN ATAS KANAN
4
4
4
4
4
LENGAN ATAS KIRI
4
4
4
4
4
LENGAN BAWAH KANAN
3
3
3
3
3
LENGAN BAWAH KIRI
3
3
3
3
3
TANGAN KANAN
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
TANGAN KIRI
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
PAHA KANAN
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
PAHA KIRI
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
TUNGKAI BAWAH KANAN
5
5
5,5
6
7
TUNGKAI BAWAH KIRI
5
5
5,5
6
7
KAKI KANAN
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
KAKI KIRI
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5

2.6         Patofisiologi
Luka bakar disebabkan karena tranfer energi panas dari sebuah sumber energi ke tubuh, panas menyebabkan kerusakan jaringan. Reaksi setempat, panans menyebabkan kerusakan protein dan pembuluh darah. Terdapat tiga zona kerusakan jaringan:
1.      zona koagulasi
2.      zona stasis
3.      zona hypearemia
Kerusakan pada kulit berhubungan dengan:
1.      suhu penyebab luka bakar
2.      penyebab
3.      lama terbakar
4.      jaringan ikat yang terkena
5.      lapisan dari struktur kulit yang terkena
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas tinggi. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat menjadi anemia. Mengingat permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan serta elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebakan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan masuk kebula yang terbentuk pada luka bakar derajat III dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III. Akibat luka bakar, fungsi kulit yang hilang berakibat terjadi perubahan fisiologi, Diantaranya adalah
·         Hilang daya lindung terhadap infeksi
·         Cairan tubuh terbuang
·         Hilang kemampuan mengendalikan suhu
·         Kelenjar keringat dan uap
·         Banyak kehilangan reseptor sensori
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air, natrium, klorida dan protein akan keluar dari sel dan menyebabkan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemo konsentrasi. Donna (1991) menyatakan bahwa kehilangan cairan tubuh pada pasien luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
·         Peningkatan mineralo kortikoid
-Retensi air, natrium dan klorida
-Ekskresi kalium
·         Peningkatan permeabilitas pembuluh darah ; keluarnya elektrolit dan protein dari pembuluh darah.
·         Perbedaan tekan osmotik intra dan ekstrasel.
Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektolit tubuh yang selanjutnya akan terlihat dari hasil laboratorium.
Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit tetapi juga mempengaruhi sistem tubuh pasien. Seluruh sistem tubuh menunjukkan perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar, yang luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi
Burn shock (syok hipovolemik) atau shock luka bakar merupakan komplikasi yang sering dialami pasien dengan luka bakar luas karena hipovolemik yang tidak segera diatasi.

2.7         Komplikasi
1.      kelainan pada pernafasan akibat hisapan
2.      infeksi, insiden infeksi meingkat sejalan dengan peningkatan luas luka bakar.
3.      neurovaskular, terjadi karena luka bakar luas
4.      pembentukan jaringan parut yang menyebabkan penurunan aliran darah
2.8         Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
1.      Luka bakar grade II:
-Dewasa > 20%
-Anak/orang tua > 15%
2.      Luka bakar grade III.
3.      Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll

2.9         Penatalaksanaan
A.    Penanganan keperawatan
1.      Penanganan awal ditempat kejadian
Tindakan yang dilakukan terhadap luka bakar :
·      Jauhkan korban dari sumber panas, jika penyebabnya api, jangan biarkan korban berlari, anjurkan korban untuk berguling – guling atau bungkus tubuh korban dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup berventilasi jika kejadian luka bakar berada diruangan tertutup.
·      Buka pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban
·      Kaji kelancaran jalan nafas korban, beri bantuan pernafasan   korbam dan oksigen bila diperlukan
·      Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 200C selama 15 – 20 menit segera setelah terjadinya luka bakar
·      Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak – banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuhnya
·      Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar serta cedera lain yang menyertai luka bakar
·      Segera bawa korban ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut

2.      Penanganan luka bakar di unit gawat darurat
Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien pada 24 jam pertama yaitu :
·      Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan A : Airway (jalan nafas), B : Breathing (pernafasan), C : Circulation (sirkulasi)
·      Penilaian luas dan kedalaman luka bakar
·      Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran pernafasan
·      Kaji adanya faktor – faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll)
·      Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III biasanya dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter)
·      Pasang kateter urin
·      Pasang NGT jika diperlukan
·      Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
·      Berikan suntikan ATS / toxoid
·      Perawatan luka :
-Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100)
-Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi yang mengganggu pergerakan
-Selimuti pasien dengan selimut steril
·      Pemberian obat – obatan (kolaborasi dokter)
-Antasida H2 antagonis
-Roborantia (vitamin C dan A)
-Analgetik
-antibiotic
·      Mobilisasi secara dini
·      Pengaturan posisi
Keterangan :
• Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan
• Pada 8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan
• Pada 8 jam III diberikan sisanya
3.      Penanganan luka bakar di unit perawatan intensif
Hal yang perlu diperhatikan selama pasien dirawat di unit ini meliputi :
·      Pantau keadaan pasien dan setting ventilator. Kaji apakah pasien mengadakan perlawanan terhadap ventilator
·      Observasi tanda – tanda vital; tekanan darah, nadi, pernafasan, setiap jam dan suhu setiap 4 jam
·      Pantau nilai CVP
·      Amati neurologis pasien (GCS)
·      Pantau status hemodinamik
·      Pantau haluaran urin (minimal 1ml/kg BB/jam)
·      Auskultasi suara paru setiap pertukaran jaga
·      Cek asalisa gas darah setip hari atau bila diperlukan
·      Pantau status oksigen
·      Penghisapan lendir (suction) minimal setiap 2jam dan jika perlu
·      Perawatan tiap 2jam (beri boraq gliserin)
·      Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes mata setiap 2jam
·      Ganti posisi pasien setiap 3jam (perhatikan posisi yang benar bagi pasien)
·      Fisoterapi dada
·      Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter dan tube setiap hari
·      Ganti kateter dan NGT setiap minggu
·      Observasi letak tube (ETT) setiap shift
·      Observasi setiap aspirasi cairan lambung
·      Periksa laboratorium darah : elektrolit, ureum/kreatinin, AGD, proteim (albumin), dan gula darah (kolaborasi dokter)
·      Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit
·      Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter
4.      Perawatan luka bakar di unit perawatan luka bakar
Terdapat dua jenis perawatan luka selama dirawat di bangsal yaitu :
·      Perawatan terbuka
Yakni luka yang telah diberi obat topical dibiarkan terbuka tanpa balutan dan diberi pelindung cradle bed. Biasanya juga dilakukan untuk daerah yang sulit dibalut seperti wajah, perineum, dan lipat paha
Keuntungan :
• Waktu yang dibutuhkan lebih singkat
• Lebih praktis dan efisien
• Bila terjadi infeksi mudah terdeteksi
Kerugian :
• Pasien merasa kurang nyaman
• Dari segi etika kurang
·      Perawatan tertutup
Yakni penutupan luka dengan balutan kasa steril setelah dibeikan obat  topical.
Keuntungan:
-Luka tidak langsung berhubungan dengan udara ruangan (mengurangi kontaminasi)
-Pasien merasa lebih nyaman
Kerugian :
-Balutan sering membatasi gerakan pasien
-Biaya perawatan bertambah
-Butuh waktu perawatan lebih lama
-Pasien merasa nyeri saat balutan dibuka
                               I.            Urutan prosedur tindakan perawatan luka pada pasien luka bakar antara lain :
1). Cuci / bersihkan luka dengan cairan savlon 1% dan cukur rambut yang tumbuh pada daerah luka bakar sperti pada wajah, aksila, pubis, dll
2) Lakukan nekrotomi jaringan nekrosis
3).Lakukan escharotomy jika luka bakar melingkar (circumferential) dan eschar menekan pembuluh darah. Eskartomi dilakukan oleh dokter
4) Bullae (lepuh) dibiarkan utuh sampai hari ke 5 post luka bakar, kecuali jika di daerah sendi / pergerakan boleh dipecahkan dengan menggunakan spuit steril dan kemudian lakukan nekrotomi
5) Mandikan pasien tiap hari jika mungkin
6).Jika banyak pus, bersihkan dengan betadin sol 2%
7) Perhatikan ekspresi wajah dan keadaan umum pasien selama merawat luka
8) Bilas savlon 1% dengan menggunakan cairan NaCl 0,9%
9) Keringkan menggunakan kasa steril
10) Beri salep silver sulfadiazine (SSD) setebal 0,5cm pada seluruh daerah luka bakar (kecuali wajah hanya jika luka bakar dalam [derajat III] dan jika luka bakar pada wajah derajat I/II, beri salep antibiotika)
11) Tutup dengan kasa steril (perawatan tertutup atau biarkan terbuka (gunakan cradle bed)
5.      Terapi psikiater
Mengingat pasien dengan luka bakar mengalami masalah psikis maka perawat perlu bekerja sama dengan psikiatri untuk membantu pasien mengatasi masalah psikisnya, namun bukan berarti menggantikan peran perawat dalam memberikan support dan empati, sehingga diharapkan pasien dapat dapat menerima keadaan dirinya dan dapat kembali kemasyarakat tanpa perasaan terisolasi.
Hal lain yang perlu diingat bahwa sering kali pasien mengalami luka bakar karena upaya bunuh diri atau mencelakakan dirinya sendiri dengan latar belakang gangguan mental atau depresi yang dialaminya sehingga perlu terapi lebih lanjut oleh psikiatris.
6.      Terapi fisioterapis
Pasien luka bakar mengalami trauma bukan hanya secara fisik namun secara psikis juga. Pasien juga mengalami nyeri yang hebat sehingga pasien tidak berani untuk menggerakkan anggota tubuhnya terutama ynag mengalami luka bakar. Hal ini akan mengakibatkan berbagai komplikasi terhadap pasien diantaranya yaitu terjadi kontraktur dan defisit fungsi tubuh.
Untuk mencegah terjadinya kontraktur, deformitas dan kemunduran fungsi tubuh, perawat memerlukan kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain yaitu fisioterapis. Pasien luka bakar akan mendapatkan latihan yang sesuai dengan kebutuhan fisiknya. Dengan pemberian latihan sedini mungkin dan pengaturan posisi yang sesuai dengan keadaan luka bakar, diharapkan terjadinya kecacatan dapat dicegah atau dinminimalkan. Rehabilitasi dini dapat dilakukan sejak pasien mengalami luka bakar. Hal yang dapat dilakukan oleh perawat adalah dengan memberi posisi

7.      Terapi nutrisi
Ahli gizi diharapkan dapat membantu pasien dalam pemenuhan nutrisi yang tidak hanya memenuhi kecukupan jumlah kalori, protein, lemak, dll tapi terutama juga dalam hal pemenuhan makanan dan cara penyajian yang menarik karena hal ini akan sangat mempengaruhi nafsu makan pasien. Dengan pemberian nutrisi yang kuat serta menu yang variatif, diharapkan pasien dapat mengalami proses penyembuhan luka secara optimal.
Ahli gizi bertugas memberikan penyuluhan tentang gizi pada pasien dan dengan dukungan perawat dan keluarga dalam memberikan motivasi untuk meningkatkan intake nutrisinya maka diharapkan kebutuhan nutrisi yang adekuat bagi pasien terpenuhi.

B.     Penanganan medis
Tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pasien luka bakar antara lain terapi cairan dan terapi obat – obatan topical.
1.      Pemberian cairan intravena
Tiga macam cairan diperlukan dalam kalkulasi kebutuhan pasien :
·       Koloid termasuk plasma dan plasma expander seperti dextran
·       Elektolit seperti NaCl, larutan ringer, larutan Hartman atau larutan tirode
·       Larutan non elektrolit seperti glukosa 5%
Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti. Kemudian jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini.

Pemberian cairan ada beberapa formula :
1)      Formula Baxter hanya memakai cairan RL dengan jumlah : % luas luka bakar x BB (kg) x 4cc diberikan ½ 8 jam I dan ½ nya 16 jam berikut untuk hari ke 2 tergantung keadaan.
Resusitasi cairan : Baxter.
·         Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
·         Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
·         Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ Ć  diberikan  8 jam pertama
½ Ć  diberikan  16 jam berikutnya.
Hari kedua:
·         Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
(Albumin 25% = gram x 4 cc) Ć  1 cc/mnt.
·         Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
2)      Formula Evans
• Cairan yang diberikan adalah saline
• Elektrolit dosis : 1cc x BB kg x % luka bakar
• Koloid dosis : 1cc x Bb kg x % luka bakar
• Glukosa : - Dewasa : 2000cc
- Anak : 1000cc
3)       Formula Brook
• Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat
• Elektrolit : 1,5cc x BB kg x % luka bakar
• Koloid : 0,5cc x Bb kg x % luka bakar
• Dektros : - Dewasa : 2000cc
- Anak : 1000cc
4)       Formula farkland
• Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat
• Elektrolit : 4cc x BB kg x % luka bakar

2.         Terapi obat – obatan topical
Ada berbagai jenis obat topical yang dapat digunakan pada pasien luka bakar antara lain :
1) Mafenamid Acetate (sulfamylon)
Indikasi : Luka dengan kuman pathogen gram positif dan negatif, terapi pilihan untuk luka bakar listrik dan pada telinga.
Keterangan : Berikan 1 – 2 kali per hari dengan sarung tangan steril, menimbulkan nyeri partial thickness burn selama 30 menit, jangan dibalut karena dapat merngurangi efektifitas dan menyebabkan macerasi.
2). Silver Nitrat
Indikasi : Efektif sebagai spectrum luas pada luka pathogen dan infeksi candida, digunakan pada pasien yang alergi sulfa atau tosix epidermal nekrolisis.
Keterangan : Berikan 0,5% balutan basah 2 – 3 kali per hari, yakinkan balutan tetap lembab dengan membasahi setiap 2 jam.
3) Silver Sulfadiazine
Indikasi : Spektrum luas untukmicrobial pathogen ; gunakan dengan hati – hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
Keterangan : Berikan 1 – 2 kali per hari dengan sarung steril, biarkan luka terbuka atau tertutup dengan kasa steril.
4). Povidone Iodine (Betadine)
Indikasi : Efektif terhadap kuman gram positif dan negatif, candida albican dan jamur.
Keterangan : Tersedia dalam bentuk solution, sabun dan salep, mudah digunakan dengan sarung tangan steril, mempunyai kecenderungan untuk menjadi kerak dan menimbulkan nyeri, iritasi, mengganggu pergerakan dan dapat menyebabkan asidosis metabolic
Dengan pemberian obat – obatan topical secara tepat dan efektif, diharapkan dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang seringkali masih menjadi penyebab kematian pasien.

2.10     Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah yang meliputi :
1.      Hb, Ht, trombosit
2.      Protein total (albumin dan globulin)
3.      Ureum dan kreatinin
4.      Elektrolit
5.      Gula darah
6.      Analisa gas darah (jika perlu lakukan tiap 12 jam atau minimal tiap hari)
7.      Karboksihaemoglobin
8.      Tes fungsi hati / LFT

2.11     Prognosis
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.

 BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1          Pengkajian
·         Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
·          Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
·         Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
·         Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
·         Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
·         Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
·         Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
·         Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
·         Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
Pemeriksaan diagnostik:
1.      LED: mengkaji hemokonsentrasi.
2.      Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3.      Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada  cedera inhalasi asap.
4.      BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5.      Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6.      Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7.      Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
8.      Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

3.2          Diagnosa Keperawatan
1.    Kerusakan Pertukaran Gas b.d. keracunan gas CO inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas atas
2.    Kurang volume cairan b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah LB
3.    Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
4.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolik(BMR)
5.    Gangguan mobilisasi b.d kerusakan jaringan dan kontraktur
6.    Gangguan pola tidur b.d perangsangan pusat RES di hipotalamus akibat kerusakan jaringan kulit
7.    Cemas/takut b.d hospitalisasi/prosedur isolasi
8.    Gangguan body image b.d perubahan penampilan fisik
9.    Kurang pengetahuan tentang kondisi luka bakar, prognosis dan perawatan luka bakar b.d kurangnya informasi
10.         Resti infeksi b.d kerusakan integritas kulit

3.3          Intervensi

1.         Kerusakan Pertukaran Gas b.d. keracunan gas CO inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas atas
Tujuan :
Oksigenasi jaringan adekuat
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda sianosis
- Frekuensi nafas 12 - 24 x/mnt
- SP O2 > 95
Intervensi :
1. kaji tanda-tanda distress nafas, bunyi, frekuensi, irama, kedalaman nafas.
2. monitor tanda-tanda hypoxia(agitsi,takhipnea, stupor,sianosis)
3. monitor hasil laboratorium, AGD, kadar oksihemoglobin, hasil oximetri nadi,
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemasangan endotracheal tube atau tracheostomi tube bila diperlukan.
5. kolabolarasi dengan tim medis untuk pemasangan ventilator bila diperlukan.
6. kolaborasi dengan tim medis untuik pemberian inhalasi terapi bila diperlukan
2. Kurang volume cairan b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah LB
Tujuan :
Memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria  hasil :
Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan
IIIIIntervensi :
-            Monitor TTV, CVP & haluaran urine setiap jam
-            Waspada tanda2 hipovolemia / hipervolemia
-            Timbang BB setiap hari (bila mampu)
-            Pertahankan pemberian infus, atur tetesannya pada kecepatan yg tepat sesuai program medik
-            Monitor hasil laboratorium (defisiensi / kelebihan) thdp Na, K, Ca, F dan bikarbonat
-            Tinggikan bagian kepala tempat tidur dan ekstremitas yang terbakar

3. Nyeri b.d kerusakan kulit dan tindakan pencucian .
Tujuan :
Nyeri berkurang
Kriteria Hasil:
- Skala 1-2
- Expresi wajah tenang
- Nadi 60-100 x/mnt
- Klien tidak gelisah
Intervensi :
1. Kaji rasa nyeri
2. Atur posisi tidur senyaman mungkin
3. Anjurkan klien untuk teknik rileksasi
4. Lakukan prosedur pencucian luka dengan hati-hati
5. Anjurkan klien untuk mengekspresikan rasa nyeri yang dirasakan
6. Beri tahu klien tentang penyebab rasa sakit pada luka bakar
7. Kolaborasi dengan tinm medis untuik pemberian analgetik
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolik(BMR)
Tujuan :
Intake nutrisi adekuat dengan mempertahankan 85-90% BB
Kriteria Hasil:
- Intake kalori 1600 -2000 kkal
- Intake protein +- 40 gr /hari
- Makanan yang disajikan habis dimakan
Intervensi :
1. kaji sejauh mana kurangnya nutrisi
2. lakukan penimbangan berat badan klien setiap hari (bila mungkin)
3. pertahankan keseimbangan intake dan output
4. jelaskan kepada klien tentang pentingnya nutrisi sebagai penghasil kalori yang sangat dibutuhkan tubuh dalam kondisi luka bakar.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian nutrisi parenteral
6. Kolaborsi dengan tim ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang adekuat.
5. Gangguan mobilisasi b.d keruskan jaringan dan kontraktur
Tujuan :
Mobilitas fisik optimal
Kriteria Hasil:
- Klien mampu melakukan ROM aktif
- Tidak ada tanda-tanda kontraktur daerah luka bakar
- Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1. Kaji kemampuan ROM (Range Of Motion)
2. Ajarkan dan anjurkan klien untuk berlatih menggerakan persendian pada eksteremitas secara bertahap.
3. Beri support mental
4. Kolaborasi dengan tim fisioterapi
5. untuk program latihan selanjutnya
6. Gangguan pola tidur b.d perangsangan pusat RES di hipotalamus akibat kerusakan jaringan kulit
Tujuan :
-          Melaporkan perbaikan dalam pola tidur/istrahat.
Kriteria Hasil :
-          Mengungkapkan peningkatan istrahat.
Intervensi :
1.    Mengatur posisi tidur klien untuk meningkatkan kenyamanan.
2.    Berikan tempat tidur yang nyaman yang di sesuaikan dengan area luka bakar.
3.    Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru
Kolaborasi :
- Berikan sedatif, hipnotik, sesuai indikasi
7. Cemas/takut b.d hospitalisasi/prosedur isolasi
Tujuan :
Rasa cemas/takut hilang dan klien dapat beradaptasi
Kriteria Hasil :
- Klien terlihat tenang
- klien mengerti tentang prosedur perawatan luka bakar
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana rasa/takut klien
2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
3. Beri tahu klien tentang prosedur perawatan luka bakar
4. Jelaskan pada klien mengapa perlu dilakukan perawatan dengan prosedur isolasi
5. Beritahu keadaan lokasi tempat klien rawat
8. Gangguan body image b.d perubahan penampilan fisik
Tujuan :
Gangguan body image
Kriteria Hasil:
- Daerah luka bakar dalam perbaikan
- klien dapat menerima kondisinya
- klien tenang
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana ras khawatir klien tentang akibat luka bakar
2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
3. Lakukan prosedur perawatan yang tepat sehingga tidak terjadi komlikasi berupa cacat fisik
4. Beri support mental dan ajak keluarga dalam memberikan support
9.  Kurang pengetahuan tentang kondisi luka bakar, prognosis dan perawatan luka bakar b.d kurangnya informasi
Tujuan :
Klien mengetahui tentang kondisi luka bakar, prognosisi dan perawatan luka bakar
Kriteria Hasil :
- Klien terlihat tenang
- Klien mengerti tentang kondisinya
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana pengetahuan klien tentang kondisi, prognosis dan harapan masa depan
2. Diskusikan harapan klien untuk kembali kerumah, bekerja dan kembali melakukan aktifitras secara normal
3. Anjurkan klien untuk menentukan program latihan dan waktu untuk istirahat
Beri kesempatan pada klien untuk bertanya mengenai hal-hal yang tidak diketahuinya
10. Resti infeksi b.d kerusakan integritas kulit
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil:
- Suhu 36 – 37 C
- BP 100-140/60 –90 mmHg
- Leukosit 5000 -10.000.ul
- Tidak ada kemerahan, pembengkakan, dan kelainan fungsi
Intervensi :
1. Beritahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melekukan tindakan
3. Gunakan sarung tangan steril, masker, penutup kepala dan tehnik aseptic selama dalam perawatan
4. Kaji sampai dimana luas dan kedalaman luka klien, kalau memungkinkan beritahu klien tentang kondisinya
5. Kaji tanda-tanda infeksi (dolor, kolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)
6. Lakukan ganti balutan dengan tehnik steril, gunakan obat luka (topical)yang sesuai dengan kondisi luka dan sesuai dengan program medis
7. Monitor vital sign
8. Pertahankan personal hygiene

0 komentar:

Posting Komentar